Wednesday, June 13, 2007

Wimar di Amsterdam



Senin kemarin bersama segerombolan anak2 amsterdam dan sekitarnya kita bertemu dengan Wimar Witoelar. Lucunya, temanya ganti dari 'Menerapkan liberalisme Eropa pada persoalan Indonesia' jadi 'sikap untuk kembali atau tidak ke Indonesia'.

Well, agak meleset jauh seh dari topik semula, tapi ak kira dasarnya Wimar benar. wacana 'membangun Indonesia' itu adalah topik yang besar dan harus dimulai dari individual. Lalu tampaknya individual2 (conteks disini adalah mahasiswa LN) tampaknya masih meragukan 'penerimaan' mereka bila kembali ke Indonesia, sepertinya masih ada banyak keraguan yang dipertanyakan (gaji, dll)

Rasanya banyak banget pertanyaan2 yang ada di kepalaku, kebanyak ak selalu bertanya 'apa yang harus ak lakukan untuk negaraku ini?'. Maksud aku, tinggal disini, sekolah disini, rasanya seperti ada tantangan untuk bisa berbuat lebih kepada negara ini. Tapi apa?

Wimar bilang saya adalah miss cemas (:p) dan menyatakan ' we are what we want to be' dan salah satu caranya adalah mencoba keluar dari zona nyaman saya.

Wimar juga bilang kalo salah satu caranya adalah mengeluarkan suara Anda di blog. Berhubung masih ada hubungan ama topik FD saya, yang hasilnya menyatakan mungkin masih lama hal itu terwujub dengan kenyataan baru 6% orang indo yg pakai internet. Terus terang, melakukan hal itu di saat seperti ini belum bisa memberi terlalu banyak ke Indonesia.

Tapi emang, semua itu personal, dan semua itu adalah pilihan pribadi. Kita yang menentukan masa depan kita, dan mungkin masa depan kita bisa ikut membantu masa depan Indonesia.

Despite of masalah ekonomi, hukum, infrastruktur yang banyak dibawa oleh diskusi IMD SKM (CMIIW), saya lebih suka menyoroti masalah2 lain seperti pembangunan internet di indonesia, pengaruh media baru internet indonesia ke dalam pendidikan or ke dalam politik dan PR, ataupun masalah turisme Indonesia, terutama masalah museum.

Kenapa museum? Karena saya prihatin dengan museum2 yang ada di Indonesia dan juga tempat2 wisata lainnya. Call me muluk, tapi saya sendiri ingin melihat Museum Raden Saleh. Salah satu pelukis yang dianggap satu kelas sama Rembrandt.
Saya ingin melihat kekayaan2 kita dirawat dengan cantik dan bisa dipamerkan ke negara lain, atau simply, ke anak2 cucu kita.

Kita ga pingin cmn mewariskan mall2 indah, besar, artistik ke anak2 cucu kita kan?

Kadang2 saya pengen deh jadi tim pembangunan turisme Indonesia :D. Kemudian saya kasih harga yang sepadan dengan itu, ga cmn seribu- dua ribu (bolehlah kalo buat student dan anak kecil).

Atau mungkin dibuat tur besar2an mengunjungi istana2 Indonesia? Saya yakin Istana Tampak Siring di Bali ga kalah cantik ama schoonburn nya Vienna. :)

Yah itu sebagian mimpi saya. Call me muluk (again :P) tapi kita hidup karena ada mimpi kan :D hehehehe.. ingat, idealisme ada kemewahan terakhir anak muda (Gie)

but anyway, ma kasih buat pa Wimar yang sudah mendengarkan keluh kesah kita :D :D

oh ya satu lagi,ntah kenapa, saya setuju ama Mas C, kalo emang benar ingin membantu Indonesia, lebih baik pulang ke Indonesia dan membangun dari sana. Rasanya lebih aktual daripada hanya mengirim duit ke keluarga, apalagi kali istri dan anaknya juga ada di luar negri. But anyway, that is a personal choice.

regards,
Bulan

link terkait : http://perspektif.net/indonesian/article.php?article_id=680

No comments: