Friday, December 09, 2011

Signs


Suatu hari di sebuah sore yang indah, saya sedang mengendarai mobil saya sendiri. Hari itu saya bisa pulang cepat, jadi masih menikmati matahari senja yang berwarna orange ceria.

Rute hari itu sebenarnya sederhana, pulang ke rumah kutu. Tetapi, hari itu, saya ingin mencoba rute. Maklumlah, rute rumah kutu dari kantor sekarang punya banyak alternatif jalan pulang. Dan dengan pedenya, saya tidak menyalakan GPS saya.

Rute jalan pulang sebenernya sederhana, tapi saya tidak pernah mengingatnya. Karena Jakarta adalah kota yang cukup mempunyai banyak signs penunjuk jalan, saya pede saja.

Di awal jalan saya pede, karena saya sering melewatinya, begitu masuk ke Casablanca, saya tiba2 melihat signs kalau saya berada di jalan yang sebaliknya, ttp ternyata itu adalah signs buat orang yang ingin memutar, jadi saya jalan terus. Melewati jalan casablnca menuju stasiun tebet. Saya tahu, kalau lewat stasiun tebet berarti saya nyasar, oleh karena itu saya putar balik dan masuk ke tempat nongkrong tebet. Saya tahu, saya berada di jalan yan benar. Setelah itu, sebenarnya saya blank, dan disitulah peran penunjuk jalan sungguh berarti. Setiap penunjuk jalan yg menuliskan pancoran saya ikuti, setiap lampu merah, saya refleks mencari petunjuk jalan, hingga saya sampai ke Pancoran, jalan yang saya hafal.

Dan saya merenung, begitupun hidup. Kita tahu tujuan hidup kita, tapi kita tidak tahu jalan mana yang mau kita lewati. Untuk itu, di setiap perempatan, kita selalu melihat penunjukjalan untuk menunjukan tempat kita jalan. Tidak yakinpun, kita mencari penunjuk jalan memutar dan mulai berputar kembali menuju tempat awal dimana kita tidak yakin. Sudah terlanjur jauh, kalau GPS saya suka teriak " Searching for alternative route " dan begitulah kita, cara agar kita bisa mencapai tujuan kita.

Kita tidak tahu bagaimana keadaan jalan kita menuju tempat tujuan kita, dan mencari petunjuk jalan pun banyak macamnya, ada yg mengadalkan orang untuk ditanya ataupun GPS, apakah jalan yang mereka tunjukan itu benar ? Semuanya relativ. Saya percaya petunjuk jalan hijau DLAJJ itu adalah kata hati kita, karena kata hati sebenarnya tidak pernah berbohong, tapi bercabang sesuai dengan keinginan yang memberatkan kita.

Compicated yah? Mungkin karena kita adalah manusia yang super complicated, yang selalu ingin membahagiakan orang lain di sekitar kita, dan suka tertatih-tatih dalam menentukan prioritas hidup. Dan semakin tua umur saya, begitu susahnya untuk meninggalkan comfort zone saya. Padahal, apa salahnya untuk  memutar balikan hidup sebelum kita terlambat menyesali kenapa tidak melakukan hal itu.

Saya rindu masa (lebih)  muda saya, karena saya begitu yakin untuk mengambil langkah yang bukan seperti kebanyakan orang. Menjadi berbeda dan berani.

Ketika saya berbincang dengan teman saya, kita tertawa miris begitu menyadari setiap tahun kita mempunyai keinginan yang sama, tapi karena kita terjebak di dalam comfort zone yang kita buat sendiri, kita tidak melakukannya. Dan kita berdua berjanji, di tahun 2012 ini kita harus melakukan banyak hal yang berbeda dan menentukan jalan hidup kita berikutnya. Agar tidak ada lagi rasa penyesalan.

Karena, sebetulnya, kami masih muda dan masih banyak perempatan jalan sebelum menuju tujuan hidup kamii.

Bulan, Di perempatan jalan yang lain :)

No comments: