Draft tulisan ini sudah lama ada di handphone saya, butuh sekitar 8 bulan sampai saya berani untuk mempublish tulisan ini. Bulan-bulan pertama hanya keluarga dan teman dekat yang tahu cerita ini, sampai saya mulai berani unuk menceritakan bagi teman-teman lainnya, dan kini siap untuk diketahui oleh semua orang. Ektopik, atau hamil di luar kandungan adalah hal yang cukup jarang terjadi. Orang menyamakan dengan hamil anggur, tetapi sebenarnya berbeda. Saya berharap dengam mempublish cerita ini, orang yang mungkin sedang menghadapi hal yang sama, bisa mendapat referensi :)
aku bisa membayangkan gimana lega dan senangnya medecine yang menelpon aku disana. Sama seperti saya.
Perjalanan sebulan ini dimulai dari 18 Agustus, ketika dokter saya menelpon dan menentang saya untuk pergi ke Roma. Non, segera kamu ke emergences Purpan, katanya. Dari seminggu yang lalu saya memang pendarahan, tapi hanya seperti flek dan mens biasa tanpa sakit. Saya sebelumnya datang ke dokter, karena pendarahan ini muncul seminggu setelah saya mens. Dokter hanya bilang tidak usah khawatir tapi menyuruh saya untuk periksa lab. Ternyata saya positif. Saya dan suami sama2 bingung tapi memutuskan ttp ke Roma sesuai rencana.
Menuruti kata2 dokter, instead of pergi ke airport kami pergi ke emergences Purpan, rumah sakit yang memang spesialis maternalite, gynecologie. Di cek dalam, tidak menemukan apa2. Di cek apakah saya merasa sakit perut, tidak sama sekali. Lalu saya disarankan untuk ambil darah dan datang 48 jam lagi. Ada 3 pilihan kemungkinan, apabila naik dan angkanya double, berarti saya hamil; apabila turun, berarti saya sudah gugur secara normal. Kalau naik tapi tidak double, kecurigaan adanya ektopik atau hamil diluar rahim. Dokter menjelaskan dengan bahasa inggris yang cukup lumayan untuk seorang Prancis.
Kami tetap memutuskan untuk membeli tiket ke Roma dua hari lagi, setelah tes darah, karena saya tidak merasakan sakit sama sekali. Tapi memang, Tuhan sedang menguji, ternyata option ke-3 yang menjadi nasib kami hari itu. Walau begitu, sampai saat itu, tidak ada yang bisa ditemukan di dalam rahim saya, dan karena tidak sakit saya disarankan datang 2 hari lagi. Saya minta keringanan untuk datang 3 hari lagi, tetapi dia tolak, karena bahaya bagi saya untuk melakukan perjalanan jauh dari Toulouse. Saya sempat berantem dengan dokter, karena saya ingin tetap pergi. Anyway, singkat cerita, saya tetap pergi. Mungkin bukan tindakan bijaksana, tapi saya tetap pergi, dan booking tiket untuk datang 2 hari setelahnya untuk bisa datang ke dokter tepat waktu. Perlu diingat, karena dokter saya bukan gynecolog, selama perawatan ektopik ini saya selalu ke bagian emergences ( darurat) dimana dokter dan suster berganti2 setiap saya datang. Tetapi, ada beberapa medecine dan petugas lab yang mengikuti kasus saya dari pertama, dan tau saya sbg pasien yang 'parler un peau francais'.
Setelah dari rome saya datang kembali untuk periksa darah dan periksa dalam. Tetap tidak bisa menemukan apa-apa sama seperti sebelumnya, hanya hormon beta saya yang kembali naik sedikit.Dan disarankan datang 2 hari lagi yaitu sehari sebelum saya ulang tahun.
Tanggal 24 july, kembali saya diberi dokter baru, saya kemudian request sama dia, karena saya sudah capek menjelaskan dari awal, saya inginya saya segera dirujuk saja dengan dokter di rs itu, akhirnya dia keluar dan saya bertemu lagi dgn dokter yang tidak memperbolehkan saya pergi itu. Oh ya, rs saya itu adalah rumah sakit C.H.U atau rs latihan, jadi kebanyakan adalah koas. Dokter yang berantem dgn saya, mungkin koas sudah tahun terakhir, diliat dgn kesenioran dia, menyuruh koas juniornya dia untuk periksa dalam. Rupanya kasus saya cukup unik, karena selalu ada 1 atau 2 orang yg mengikuti dan melihat kasus saya.
Akhirnya, setelah mendapat hasil yang sama dan melihat saya sudah capek demgan semua ini. Mereka memutuskan untuk melakukan kuret, dan apabila tetap positif, akan ada tindakan lain.
Tepat di hari lebaran, saya dikuret. ini adalah operasi pertama saya dalam kehidupan saya. entah Kenapa, harus di prancis. Dengan bahasa inggris terbata2, dokter menjelaskan saya ttg anestasi, dan ini ada surgery one day. jadi saya tdk menginap, saya diharuskan untuk mandi betadine dan puasa 7 jam sblmnya. Karena sblm2nya deni blm libur, jadi saya sll ke dokter sendiri. Melihat itu dia bilang, bahwa selama operasi saya tidak boleh sendiri. Ok, noted.
Di hari lebaran, jam 7 pagi saya dan deni sudah jalan ke Purpan, naik metro dan tram, 50 menit. Mereka menyambut saya dengan senyum, saya dibawa ke ruangan sendiri untuk menginap sehari. Didalamnya saya diminta untuk berganti baju dan berbaring. Diinfus dan menunggu sampai giliran saya. Ketika akhirnya saya dipanggil, mereka berbincang dgn saya dgn bahasa prancis saya yang sedikit itu. Sebelum dibius saya ingat ketika mereka menanyakan darimana saya, dan mereka memuji bahasa prancis saya yang menurut mereka lumayan, mungkin untuk menghibur. :))
1 jam kemudian saya bangun, dokter menjelaskan scr singkat, kalau mereka tidak menemukan apa2 didalam rahim saya. Dan saya segera diambil darah untuk melihat beta hcg saya kembali. Dan diminta untuk datang 2 hari lagi, untuk periksa kembali.Setelah mereka yakin saya tidak sakit, mereka menyuruh saya pulang sekitar 3 jam lebih cepat dari perkiraan. Kembali naik tram dan metro.
Dua hari kemudian, saya kembali datang dan karena belum negatif, saya harus disuntik Metroxetate, dan diharuskan datang 3 hari lagi. Disaat ini saya cuman ingin ini segera berlalu.
Lalu perjalanan periksa darah dimulai dari sana. hari ke-7 saya mendapatkan kabar bahwa penurunan hormon saya signifikan jadi tidak perlu suntikan kedua. Datang seminggu lagi, saya mendapat kabar bahwa turun tp belum di angka zero. Akhirnya, setelah menunggu 7 hari lagi, saya mendapat telfon tersebut dan mendapat kabar gembira bahwa akhirnya perjuangan lebih dari sebulan ada di titik akhirnya.
Saya berharap bisa memulai yang baru dan seperti kata sahabat saya, Jihan, lebih siap jiwa dan raganya. Amin.
No comments:
Post a Comment