Saya seorang blogger. Kata-kata ini sudah sering saya ucapkan dari 10 tahun yang lalu. Kalau google nama saya, sudah pasti blog ini menjadi 3 yang ada di atas.
Saya nge blog karena saya hobi menulis 'curhat' yang harus disalurkan di satu media yang terus ada walaupun saya pindah kota beberapa kali. Saya kan 10 tahun terakhir orang yang nomaden, jadi ga mungkin kan nulis di buku diary ajah. Dan lagian, saya suka melihat-lihat curhatan saya beberapa tahun yang lalu, disana saya seperti menemukan masalah diri saya yang dulu dan mereview kembali semuanya.
Saya ngeblog, ketika istilah blogger adalah merujuk kepada hobby, sama seperti biker, skateboarder, crafter, dll. Dan saya bangga mengatakan kepada orang lain, bahwa blogger adalah diri saya. Yah, itu hobby saya.
Ternyata semakin tahun ke tahun, istilah blogger berevolusi. Mulai sedikit demi sedikit saya melihat posting blogger berbayar, dan kemudia semakin kesini, orang berlomba-lomba punya sebuah blog, dimana isinya hampir semua postingan berbayar atau ikutan acara sayembara yang syaratnya harus menuliskan sesuatu di blognya. Dan boom! blogger pun menjadi sebuah profesi.
Dan ketika salah satu pemred (perusahan saya yang dulu :p ) menyayangkan kenapa orang yang punya satu-dua post bisa dengan mudahnya memakai nama blogger. Saya lebih terkejut kenapa bisa istilah blogger sekarang menjadi profesi. Kenapa? Karena dahulu istilah blogger adalah hobbyist, jadi yah mudah saja kita memasukan istilah blogger. Lalu kenapa sekarang istilah itu bisa disandingkan dengan journalist? That's a big question.
Memang sih, di dunia internet seperti ini, dimana orang ketika membeli sesuatu tinggal klik ke google untuk mencari review, blogger adalah salah satu sarana yang mudah dan influencing. Jadi ingat, skripsi saya 8 tahun yang lalu yang menuliskan betapa sangat berpengaruhnya sebuah blog atas suatu pendapat. Ternyata memang benar kejadian yah.
Jadi ingat ketika saya dengan keponya melihat pembicaraan teman2 saya yang masih di media. Dia bilang, sekarang setiap event sebuah perusahaan front row nya adalah 'influencing people dan blogger' lalu teman-teman media disuruh mencari tempat lain. Dan betapa kesalnya mereka, karna mereka sudah tidak dibilang influencing people lagi. Ha! Post-syndrome power attack dong...
Yah memang,sebenarnya journalist dan blogger tidak bisa disandingkan begitu saja dong. Journalist kan sudah terlatih, tau dan sadar etika yang benar.
But reality check, kalau kita sandingkan journalist dan blogger di ranah politik dan government, tentu orang lebih percaya dengan journalis, karena mereka bisa lebih membedakan hitam dan putih dengan bijak.
Tapi kalau ngomongin ranah enterntainment dan lifestyle? Dua-duanya sekarang sudah seimbang. :)
Bahkan in my opinion, sekarang saya lebih suka mencari-cari di blog untuk melihat trend lipstic apa yang oke, dibanding ke majalah. Ga heran dong kalau campaign perusahaan sekarang lebih mengarah untuk sponsoring blog posts dibanding sponsoring advertorial majalah? :)
Oke, mari kembali ke masalah awal. Apakah saya tetap memanggil diri saya blogger? Yah iya dong.. :D Apakah dengan sentilan mba Petty membuat saya jadi akan rajin nulis post? Hahahah.. nggak janji yah. Saya menyebut diri saya blogger, karena ini hobi saya. Tapi yah saya akan tetap menulis sesuai dengan keinginan hati saya.. Kadang bisa seminggu 3 kali, kadang 4 bulan sekali.
bises,
Bulan